Archives

gravatar

POTRET ANAK MISKIN AFRIKA BERKOSTUM BARCELONA TERPILIH SEBAGAI : "PHOTO OF THE YEAR VERSI UNICEF"

Sebuah foto bisa berbicara lebih banyak daripada rangkaian kata-kata. Tidak ada yang mengetahui nama anak dalam foto ini, namun semua akan menyadari apa yang selama ini terjadi di Afrika. [......]

Foto anak Afrika mengenakan kostum Barcelona ini diambil di Accra, ibukota Ghana.


Anak-anak lain berkostum sama, esok hari merayakan Natal. Mereka bersiap menebak ada hadiah apa yang disembunyikan Sinterklas di kaus kaki yang tergantung di perapian. Mereka mungkin pula akan menyantap hidangan istimewa, permen manis, dan menikmati liburan akhir tahun. Hal ini bahkan mungkin tak bisa dibayangkan bocah dalam foto ini.

Anak ini tengah mempertaruhkan hidupnya. Ia datang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak di Agbogbloshie, dekat Accra. Ia tengah mencari beberapa bagian alat-alat elektronik yang mungkin masih bisa dijual kembali.

Datang ke TPA mungkin bukan hal yang terlalu buruk, kecuali bila kita menyadari bahwa TPA tersebut dikategorikan sangat berbahaya. Banyak gas beracun yang berasal dari segala macam sampah yang terkonsentrasi di sana.

Foto ini terpilih sebagai foto terbaik UNICEF tahun ini. Dengan tepat, foto di atas menampar dunia modern yang konon mampu membahagiakan semua orang.

Sekaligus, menunjukkan betapa hebatnya efek sepakbola. Ya, dengan keberadaan Barcelona yang tahun-tahun ini tampil sebagai tim terbaik dunia, banyak anak yang penuh suka cita memakai kostum mereka. Tak terkecuali anak ini.

Di tengah himpitan ekonomi, ancaman kematian, dan masa depan yang suram, anak Afrika ini tengah membuktikan bahwa sepakbola bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga telah menjadi degup jantung kehidupan di seluruh dunia.

Sumber : www.sidomi.com

gravatar

Gong Perdamaian Dunia Ada di Ambon

Indonesia patut berbangga karena salah satu gong perdamaian dunia ada di salah satu kota di Indonesia, kota itu adalah Ambon.
Gong yang berada di pusat Kota Ambon ini di resmikan oleh Presiden RI, SBY,  pada tanggal 25 november 2009. Gong dengan diameter 2 m itu di tertutup dengan gambar bendera negara-negara di dunia. Gong ke-35 di dunia menjadi kebanggan masyarakat  Indonesia, karena ini menandai bahwa masyarakat Indonesia berperan penuh dalam menjaga perdamaian, keamanan, kebersamaan untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik.

Untuk bisa masuk ke area gong perdamaian dunia ini kita cukup merogoh kocek Rp 5.000/orang.
Letaknya yang berada di poros Kota Ambon tak hanya cocok untuk di jadikan tempat berfoto-foto, tapi juga bisa untuk menikmati keramaian Ambon di kala senja.

gravatar

Titah Gaib dari Gunung Api Di Nusantara

Mitos gunung tidak hanya di Jawa. Di banyak daerah Indonesia semua gunung mendapat atribut sama. Dia dianalogikan sebagai pusat pemerintahan gaib, dan pesannya sebagai sinyal agar manusia berjaga-jaga. Itu terjadi pada Gunung Mutis di Pulau Timor, Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Gunung Gamalama di Pulau Ternate, Gunung Karangetang di Pulau Halmahera dan gunung-gunung lain yang tersebar di Nusantara.

Di Gunung Rinjani, jika purnama tiba, maka laki perempuan dan anak-anak berduyun-duyun mendaki gunung ini. Mereka tidak mengambil rute gampang di Sembalun Lawang, tetapi melewati rute bahaya di Senaru. Rute ini hanya delapan jam dengan medan berat sampai di puncak Sangkareang.

Dari puncak ini mereka bergelayut di batu-batu cadas. Menurun menuju Segara Anak. Sebuah danau yang di tengahnya tersembul Gunung Baru yang merupakan anak Gunung Rinjani. Gunung dengan mitos Dewi Anjani, putri rupawan berilmu tinggi seperti tersurat dalam lontar Rengganis ini terus diuri-uri. Dan saat purnama tiba, ritus tabur mas itu tetap lestari.

Di Gunung Gamalama Ternate apresiasi terhadap gunung juga tak beda. Gunung yang memecah pulau Ternate yang luasnya hanya 12 kilometer ini punya danau yang dipercaya dihuni buaya putih. Buaya itu dianggap sebagai penjaga kedamaian alam setempat. Mereka yakin jika buaya diusik dan terusik, maka lahar Gamalama akan berubah arah tidak seperti biasanya. Lahar itu akan semburat seperti Merapi sekarang yang menebar ke mana-mana.

Di Gunung Karangetang Pulau Halmahera mistisisme itu kian lekat lagi. Suku Tugutil yang berdiam di seputaran gunung ini sehari-hari menjalani hidup yang kental tradisi. Itu dari kelahiran, dewasa sampai kematian. Malah jika ada warga yang meninggal, untuk mengusir roh buruk yang disebut Gomanga, mereka melakukan ritus unik untuk pengusiran sebelum mengantar si mati ke tengah hutan. Sambil mabuk mereka membabat apa saja yang dijumpa.

Dan di Pulau Timor yang dikangkangi Gunung Mutis samalah posisinya. Gunung ini juga diperlakukan sebagai area titah. Perubahan yang terjadi diasumsikan sebagai bagian dari pesan gaib untuk manusia. Berkat itu alam tetap lestari, terjaga, karena saling 'menghormat' antara alam dan manusia.

Di Bukit Dirun, lereng Gunung Mutis, misalnya, sesaji tak sulit ditemukan. Area ini dipercaya sebagai pemakaman kuno. Makam yang terbentuk sebelum zaman es, dan jauh pra kawasan ini timbul dari dasar laut untuk menjadi daratan. Dan itu logis jika dilihat kontur dan stuktur tanah bukit ini yang berkarang-karang.

Malah kalau kita menyusuri Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tak tersadari mengamini buku The Atlantis karangan Arysio Santos serta Eden The East karya Stephen Oppenheimer, bahwa Indonesia merupakan benua yang hilang, dan membuka kemungkinan Nabi Nuh berasal dari Indonesia. Sebab di daerah ini terdapat bukit yang disebut Fatu Kopa (Batu Kapal). Rakyat setempat pun meyakini, bahwa batu itu adalah kapal Nabi Nuh!

Mitos-mitos iku kian mendekati realitas tatkala dirujuk pada masa lalu Pulau Seram. Di pulau ini terdapat Suku Naulu dan Suku Alifuru. Dalam Son of The Sun disebutkan, suku ini merupakan manusia awal dari sebuah peradaban yang hilang. Namanya pun menyuratkan itu. Alif adalah pertama. Dan uru adalah manusia. Dengan begitu Alifuru adalah manusia pertama.

Mitos-mitos itu memang perlu disingkap misterinya. Itu agar tidak berubah menjadi dongeng yang kelak nglenik. Para sejarawan Indonesia dituntut untuk menguak segala mitos itu agar sejarah negeri ini tidak seperti sekarang, sejarah dongeng. Raja-raja yang pernah memerintah dianggap mokswa (hilang secara gaib) dan hanya serat serta babad yang bisa dijadikan rujukan untuk mengungkap sebuah awal.

Pengalaman di lapangan menunjukkan, ilmuwan kita tak banyak turba. Entah karena malas atau takut berbagai sebab di antaranya sengsara. Sebab saat saya mendatangi Suku Boti (Pulau Timor) yang dikultuskan penerjemah saya acap dihantui 'takut kualat', memasuki Yot Tomat (Kepulauan Kei) diliputi rasa mencekam, mengunjungi Suku Naulu (Pulau Seram) takut dibunuh karena jika baileo (rumah adat) mereka rusak memang mewajibkan tumbal manusia, dan ketika memasuki perkampungan Suku Tugutil (Pulau Halmahera) memang terkesan menyeramkan.

Malah untuk menguak Islam Wetu Telu di Pulau Lombok pun dibutuhkan tenaga ekstra. Itu karena terpencar di Bayan (ritus keturunan Sunan Giri Prapen), di Mataram (Pura Lingsar), Sade dan Rambitan (tradisi dan masjid kuno), serta di Rambanbiak (Dasan Baru, Lombok Timur) pusat mistik Suku Sasak yang sekaligus tinggal intelektual sekte ini.

Namun di balik kekurangan-kekurangan itu mitos mempunyai peran penting bagi lestarinya budaya bangsa. Tabu dan mistik memberi pengamanan terhadap terjaganya alam dan benda yang disakralkan. Tanpa itu, rasanya hampir bisa ditebak kekayaan ini akan musnah ditransaksikan.

Maka, lepas kita suka atau tidak suka dengan tradisi dan budaya yang ada, tapi itulah diri kita, kekayaan kita, yang terasa indah jika kita menggaulinya dengan mesra. Dan itu salah satu sebab berbagai bangsa datang dan kagum dengan Indonesia.

*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.

gravatar

PULAU GEBE : SURGA YANG HILANG DI HALMAHERA TENGAH

Pulau Gebe yang terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara (Malut), sangat layak dijadikan objek wisata bahari bawah laut untuk kawasan tersebut.
Kondisi dan keunikan terumbu karang di perairan laut Gebe masih segugus dengan terumbu karang yang saat ini telah populer, yakni potensi Raja Empat, Provinsi Irian Jaya Barat.
Gugusan tersebut melahirkan berbagai terumbu karang dan objek yang memiliki berbagai keindahan bawah laut sehingga hal itu menjadi asset berharga bagi pengembangan pariwisata di Halteng.
Bupati Halteng Al Yasin Ali mengatakan, terdapat kurang lebih 300 jenis karang berada di Pulau Gebe. Jenis terumbu karang tersebut rata-rata mirip dengan terumbu karang yang berada di Kepulauan Raja Empat Papua.

“Karenanya saya melihat Pulau Gebe cocok dijadikan objek wisata bawah laut di Halteng. Apalagi dari sisi sarana prasaran cukup memadai,” katanya ketika dihubungi di Ternate Rabu 8 September 2010.
Menurut Yasin, dalam mempromosikan potensi wisata di Kabupaten Halteng pihaknya telah melakukan beberapa langkah penting seperti upaya promosi ke luar daerah.
Akan tetapi, untuk saat ini Pemkab Halteng masih menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur.
“Tetapi lima tahun kedepan pemkab sudah memfokuskan penggarapan sumber PAD termasuk sektor pariwisata,” ujar Yasin.
Menurut dia, selain potensi wisata bawah laut, Palau Gebe merupakan pulau yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perikanan di Kecamatan Gebe yang selalu menunjukan peningkatan cukup segnifikan.
Ia juga berpendapat Pulau Gebe merupakan daerah yang memiliki banyak potensi dan patut untuk dioptimalkan.
Nah, saatnya bagi Anda untuk mencoba sensasi dan menikmati keindahan bawah laut Pulau Gebe. Merasakan sensasi Pulau Gebe, sama saja merasakan sensasi bawah laut Raja Ampat. Tunggu apa lagi…!

Entri Populer